Kamis, 24 November 2016

SEJARAH TES PSIKOLOGI

A.     ASAL MULA TES PSIKOLOGI
Sejarah tes psikologi adalah sebuah kisah menarik yang memiliki banyak relevansi dengan praktek-praktek dimasa kini. Para psikolog Eropa mengukur intelegensi selama akhir abad 19 dan era sebelum Perang Dunia 1. Tes-tes intelegensi awal dan penggantinya kerap menghasilkan pengaruh yang kiat terhadap orang-orang yang dites. Tes-tes awal di Amerika Serikat memiliki data berlimpah jumlahnya tes yang dikembangkan oleh para psikolog Amerika pada paruh pertama abad 20.
Jenius Inggris Francis Galton (1822-1911) menemukan rangkaian tes pertama, yaitu gabungan istimewa antara pengukuran sensori dan motorik. Psikolog America James McKeen (1860-1944) melakukan penelitian bersama dengan Galton dan kemudian mengemukakan agenda tes modern dalam makalah klasiknya yang berjudul “Mental Tests and Measurements”.      
Pada pembahasan ini akan dijelaskan prinsip-prinsip tes psikologi, menelaah penerapanya dalam bidang-bidang khusus (kepribadian, inteligensi, neuropsikologi) dan mengulas konsekuensi sosial serta hukum dari tes.

1.      Bentuk-bentuk dasar tes di Cina pada Tahun 2200 SM
Tes berawal sekitar tahun 2200 SM, yaitu ketika kaisar Cina memerintahkan para pejabatnya untuk diuji setiap 3 tahun untuk menentukan kelayakan mereka atas suatu jabatan. Ada lima topik yang dites: hukum perdata, masalah-maslah militer, pertanian, pajak dan geografi.
Dalam ujian pendahuluan, para calon diharuskan menginap selama satu hari dan satu malam dalam bilik kecil yang terisolasi, menulis esai tentang topik yang ditentukan, dan menulis puisi. Calon yang lulus akan pindah ke distrik ujian, yang memerlukan tiga sesi terpisah selama tiga hari dan tiga malam. Kemudian calon yang lulus lagi akan mendapatkan hak istimewa pergi ke Peking untuk mengikuti putaran final ujian dan yang lulus menjadi orang mandarin, akan terpilih menjadi pejabat di kantor publik.
Program ujian ini memang termasuk kriteria seleks yang relevan meskipun melelahkan. Namun sebagai respon atas meluasnya ketidakpuasan, maka sistem ujian tersebut dihapuskan melalui surat keputusan kerajaan pada tahun 1906.

2.      Fisiognomi, Frenologi dan Psikograf
Fisiognomi diladasi pendapat bahwa kita dapat menilai karakter dalam diri orang-orang dari penampilan luar mereka, terutama wajah. Fisiognomi mewakilibentuk awal tes psikologi.
Ketertarikan terhadap fisiognomi berawal dari abad keempat, ketika filsuf Yunani Aristoteles menerbitkan sebuah risalah pendek bahwa jiwa dan tubuh saling “bersimpati”. Aristoteles mendata sejumlah besar sifat yang dapat dilihat dari ciri-ciri rambut, dahi, alis, hidung, bibir, dan sebagainya.
Banyak penulis Latin klasik lainnya yang menulis tentang fisiognomi, yaitu Juvenal, Suetonius, dan Plinny si Tua. Berabad-abad kemudian fisiognomi mulai berkembang ketika seorang teolog berkebangsaan Swiss Johann Laveter menulis buku populer “Essays on Physiognomy”. Buku ini berisi ratusan gambar yang sangat akurat yang menggambarkan prinsipnya tentang fisiognomi dimana karakter bisa dinilai dari rincian penampakan wajah.
Frenologi merupakan membaca kepribadian seseorang melalui “tonjolan-tonjolan” dikepala. Hal ini diatribusikan oleh Joseph Gall (1758-1828). Gall berargumen bahwa otak adalah organ sekaligus kecakapan dan bahwa kemampuan-kemam[uan tersebut terlokalisasi. Pada akhirnya, karena tengkorak menyesuaikan dengan bentuk otak, suatu “tonjolan” pada tengkorak akan menunjukkan peningkatan kecakapan tersebut. Asumsi ini dapat mengetahui apakah seorang individu adalah orang yang penuh kasih, pendiam, penuh harapan, suka berkelahi, murah hati, percaya diri, bahagia, suka meniru—lusinan sifat diketahui dari tonjolan-tonjolan tulang tengkorak.
Johann Spurzheim, seorang murid dari Gall yang mempopulerkan dan menyebarkan frenologi ke Amerika Serikat dan Inggris Raya. Berpuluh tahun Henry C. Lavery, seorang yang menyebut dirinya jenius mengembangkan mesin yang disebut Psikograf. Mesin ini menyerupai helm yang dipasang di kepala orang yang dites. Masing-masing dari 32 kecakaan mental akan diberi peringkat 1 sampai 5 (“tidak mencukupi” hingga “sangat unggul”). Sebuah motor yang digerakkan oleh sabuk akan menghasilkan deskripsi kepribadian otomatis pertama.
3.      Era Tes dengan Instrumen Kuningan
Untuk pertama kalinya, psikologi eksperimen (akhir tahun 1800an) di Eropa dan Inggris Rayaberalih dari metode yang sepenuhnya subjektif dan introspektif. Kemampuan manusia kemudian dite dilaboratorium. Para peniliti menggunakan prosedur-prosedur objektif yang diulang.
Penekanan pada metode objektif dan kuantitas yang dapat diukur merupakan kemajuan besar namun para psikolog menemukan jalan buntu. Masalahnya adalah para psikolog eksperimen terdahulu salah mengira proses-proses sensori sederhana sebagai inteligensi. Mereka menggunakan berbagai instrumen kuningan untuk mengukur ambang batas sensori dan waktu reaksi, berpikir bahwa kemampuan tersebut adalah inti dari inteligensi. Periode ini kadang disebut dengan era tes psikologi dengan Instrumen Kuningan.
Para pelopor seperti Wundt, Galton, Cattel, dan Clark Wissler menunjukkan mungkin mengekspos pikiran pada penelitian dan pengukuran ilmiah. Wilhelm Wundt (1832-1920) membangun laboratorium psikologi pertama pada 1879 di Leipzig, Jerman. Wundt telah mengukur proses mental bertahun sebelumnya dan bereksperimen dengan alat pengukur pikiran. Alat tersebut sebuah pendulum yang diberi ukuran dengan jarum-jarum yang ditancapkan menonjol pada setiap sisi. Tugas pengamat adalah mencatat posisi pendulum ketika bel berbunyi. Analisi Wundt menawarkan penjelasan alternatif yang tidak menganggap bahwa ada ketidakmampuan pada orang-orang tertentu. Wundt percaya bahwa kecepatan berpikir dapat berbeda dari satu orang ke orang lainnya.

a.       Glaton dan Rangkaian Tes Mental Pertama
Sir Francis Galton (1822-1911) mempelopori psikologi eksperimen yang baru di Inggris Raya pada abad 18. Galton terobsesi dengan pengukuran bahkan Ia memiliki keyakinan bahwa nyaris semua hal bisa diukur. Namun, Galton juga menciptakan teknik mengukur kecantikan, kepribadian, kebosanan terhadap perkuliahan, dan kekuatan doa.
Galton lebih tertarik pada evolusi manusia ketimbang psikologi. Inquiries merupakan awal dari gerakan tes mental dan lahirnya psikologi ilmiah atas perbedaan individual. Galton menunjukkan bahwa perbedaan individu tidak saja ada namun dapat diukur secara objektif.
Galton menyiapkan laboratorium psikometrik di London pada 1884. Berbagai alat ukur antropometrik dan psikometrik diatur dan sekitar 7500 catatan data individual yang sudah dites. Tes pengukuran melibatkan wilayah fisik dan perilaku. Upaya sederhana Galton untuk mengukur inteligensi dengan mengukur waktu reaksi dan pembedaan sensori terbukti tidak membuahkan hasil.

b.      Cattel Mengimpor Instrumen-Instrumen Kuningan Ke Amerika Serikat
James McKeen Cattel (1860-1944) mempelajari psikologi eksperimental yang baru bersama Wundt. Ia melakukan serangkaian studi waktu yang rinci dan teliti, yang mengukur dengan kecepatan tinggi pecahan-pecahan detik yang diperkirakan dibutuhkan atas reaksi-reaksi mental yang berbeda.
Cattel (1890) menciptakan istilah tes mental yang berjudul “Mental Tests and Measurements”. Program penelitian ini menggambarkan 10 tes mental yang ia usulkan untuk digunakan dan merupakan suatu pengerjaan ulang dan penambahan dari tradisi Galtonian.
·         Kekuatan remasan tangan yang diukur dengan menggunakan dinamometer
·         Kecepata pergerakan tangan melalui jarak sepanjang 50cm
·         Ambang batas dua titik untuk perabaan
·         Tingkat tekanan yang dibutuhkan utnuk mrnimbulkan rasa sakit-ketokan karet ditekan ke dahi
·         Pembedaan bobot
·         Waktu reaksi untuk suara
·         Waktu untuk menyebutkan warna
·         Pembagian dua dari sebuah garis sepanjang 50cm
·         Penilaian atas 10 detik waktu
·         Jumlah huruf yang dihapal dalam satu kali mendengar
·          


4.      Skala Peringkat dan Asal Mulanya
Digunakan secara luas dalam psikologi sebagai cara untuk mengkualifikasi berbagai jenis variabel psikologis yang subjektif. Salah satu contoh adalah skala peringkat sederhana mungkin adlah skala sebelas poin yang digunakan para dokter ketika bertanya kepada pasien diruang gawat dadurat pada skala 0 sampai 10, dimana 0 berarti sama sekali tidak ada rasa sakit dan 10 adalah rasa sakit yang terburuk yang pernah anda rasakan.
Galen percaya pada teori humor umum tentang kesehatan dan penyakit dimana keselarasan atau ketidakkeselarasan diantara 4 cariran jasmani atau humor menentukan kesehatan seseorang keempat humor tersebut adalah empedu kuning, emepedu hitam, lendir, dan darah.
Menurut McReynolds dan Ludwing (1984) orang pertama yang menciptakan dan menerapkan  skala peringkat untuk cvariabel variabel psikologis adalah Chirstian Tomansius. Tomansius adalah seorang ahli hukum dan filsuf jerman yang karirnya membentang ke banyak penelitian. Ia mengembangkan suatu teori kepribadian yang menempatkan 4 dimensi utama yaitu kenikmatan, ketamakan, ambisi sosial, cinta rasional. Ia (5,10,15,20...,60). Pada tahun 1692 ia mempublikasikan data numreriktermasuk data realibilita. Ini merupakan pencapaian yang sangat penting karena karya ini jelas merupakan suatukoleksi sistematis dan analisis data empiris kuantitatif pertama sepanjang sejarah psikologi.

5.      Perubahan Konsep-Konsep Retardasi Mental pada Tahun 1800-an
Retardasi adalah perlambatan pembaharuan. Retardasi mental adalah kategori yang digolongkan pada IQ dibawah 70. Ditandai dengan ketidak mampuan menganalisis masalah yang sederhana dan berhubungan dengan kapasitas otak.
Pada tahun 1900, Binet membantu mengidentifikasi nanak-anak di sekolah paris yang tidak mungkin mendapat manfaat dari cara pengajaran biasa. Sebelum masa itu, hanya ada sedikit minat terhadap kebutuhan pendidikan anak-anak dengan retardasi mental. Pada tahun 1800-an di dunia barat keluar dari era ketidak pedulian dan permusuhan terhadap orang orang yang memiliki kelemahan psikiartik secara mental. Para praktisi medis mulai mengakui perbedaan ganguan emosi dan retardasi mental. Pada abad pertengahan mereka didiagnosis sebagai penyihir dan dihukum mati dan dibakar. Pada 1698 seorang dokter terkemuka menulis buku yang mengerikan dimana pemukulan dianjurkan sebagai perlakuan terhadap orang yang memiliki gangguan jiwa terhadap epilepsi.
Pada awal 1800-an pemikiran yang ilmiah muncul, dimana para ilmuan menyadari bahwa mereka yang menderita psikiatrik dapat disembuhkan dan juga retardasi mental. Paham humanisme juga mulai muncul dan memengaruhi praktek praktek sosial terhadap orang orang dengan keterbatasan psikologis. Dengan munculnya paham humanisme mereka tertarik dengan pengobatan retardasi mental.
a.       Esquirol dan Diagnosis Retardasi Mental
Sekitar abad 19, banyak dokter mulai melihat antara retardasi mental (keidiotan) dan penyakit kejiwaan (dementia) . J E D Esquirol adalah yang mengatakan perbedaan tersebut. Dia mengatakan bahwa retardasi mental adalah suatu fenomena perkembangan sepanjang hidup sedangkan penyakit kejiwaan biasanya terjadi dimasa dewasa. Ia berpendapat bahwa retardasi tidak dapat disembuhkan dan penyakit kejiwaan menunjukkan perubahan kearah lebih baik. Esquirol juga mengusulkan sistem klasifikasi pertama dalam retardasi mental dan tidaklah mengejutkan bahwa keterampilan bahasa menjadi kriteria  dianostik utama. 1. Mereka yang menggunakan kalimat pendek, 2. Mereka yang menggunakan satu suku kata, dan 3. mereka yang hanya menangis dan tanpa berbicara. Dia tidak mengenal retardasi mental sedang berat dan parah.
b.   Seguin dan Pendidikan bagi Orang-Orang Retardasi Mental.
O. Edoaurd seguin (1812) ikut dalam meniliti manusia yang memiliki retardasi mental. Ia merupakan murid dari J E D Esquirol. Pada awal 1838 ia mendirikan kelas eksperimen bagi orang orang seperti itu. Pada tahun 1866 ia menerbitkan buku idiocy, and its treatment by the pshycological method tentang perlakuan bagi orang yang mengalami retardasi mental. Sehingga munculah yang dinamakan modifikasi perilaku.

6.      Pengaruh Penelitian Awal Binet terhadap Tesnya
Binet merupakan seorang peneliti dan penulis yang produktif jauh sebelum ia mengalihkan perhatiannya ke tes intelegensi. Binet mengawali karirnya dalam bidang kedokteran dan putus ditengah jalan karena ganguan emosional. Dan beralih kepsikologi. Binet bersama dengan C Fere melakukan 4 studi yang bertujuan untuk menunjukkan bahwa dengan mengubah polaritas magnet dapat memicu perubahan total suasana hati (dari senang ke sedih) atau berpindahnya kelumpuhan histerikal( dari sisi kiri ke sisi kanan). Pada tahun 1891 binet bekerja di sorbone sebagai asisten sukarela dan memenuhi serangkaian penelitian serta publikasi yang akan menentukan “psikologi individual” baru yang ia cetuskan dan akhirnya mencapai puncak yaitu tes intelegensi. Binet adalah eksperimentalis yang tekun dan kerpa menggunakan kedua putrinya untuk menguji coba tes intelegensinya .

7.      Binet dan Tes untuk Proses Mental yang Lebih Tinggi
Pada tahun 1896 binet dan asistennya di sorbone, vicktor henri, mempublikasikan kajian yang sangat penting terhadap karya orang jerman dan amerika tentang perbedaan individu. Mereka berargumen bahwa IQ dapat diukur melalui tes psikologi yang lebih tinggi.
Pada tahun 1905 mereka(Dr. Blind dan muridnya MDamaye) berusaha memperbaiki diagnosis retardasi mental dengan menggunakan rangkaian asesmen di 20 area seperti bahasa lisan, pengetahuan tentang bagian tubuh, kepatuhan terhadap perintah perintah sederhana, menyebutkan nama nama objek umum, dan kemampuan membaca menulis serta mengerjakan aritmatika sederhana. Binet mengkritik skala tersebuk karena terlalu subjektif, karena adasoal soal mencerminkan pendidikan formal dan karena bentuk jawaban ya dan tidak pada berbagai pertanyaan , namun ia sangat terkesan dengan ide menggunakan serangkaian alat tes yaitu karakteristit yang diadopsi tahun 1905
Pada tahun 1904 mentri pengajaran umum menentukan pengukuran pendidikan sehingga tes kesahatan dan pendidikan harus digunakan untuk mengidentifikasi anak anak yang tidak dapat belajar dengan metode biasa. Binet dan simon diminta untuk mengembangkan suatu alat praktis hanya demi tujuan ini lalu lahirlah skala resmi pertama untuk menguji intelegensi anak anak.
30 tes pada skala tahun 1905 terentang dari tes sensori yang sangat sederhana hingga tes abstraksi verbal yang rumit karena itu skala yang tepat untuk mengukur seluruh tingkat intelegensi dari retardasi yang berat hingga bakat yang tinggi.
Suatu poin menarik adalah binet dan simon tidak menawarkan skor yang tepat untuk mendapatkan skor total pada skala tahun 1905 tetapi tujuan mereka adalah klasifikasi, bukan pengukuran dan motivasi sepenuhnya adalah kemanusiaan yaitu mengidentifikasi anak anak yang membutuhkan pendidikan khusus.
8.      Skala Revisi dan Lahirnya IQ
Pada taun 1908 binet dan simon menerbitkan revisi dari skla tahun 1905. Skala tahun 1908 berisi 58 soalatau tes hampir dua kali lipat skala tahun 1905. Beberapa tes baru ditambahkan contohnya menyusun kalimat yang tidak beraturan, menggambar sebutir berlian, dan melaksanakan urutan tiga perintahbeberapa soal bersifat absurditas dimana anak anak harus menjelaskan dan mendeteksi.
Inovasi utama dalam skala tahun 1908 adalah pengenalan konsep tingkat mental. Tes tersebut telah dibatasi pada sekitar anak 300 normal yang berumur antara 3-13 tahun diamana saat tes anak anak ditempatkan sesuai umurnya.
Pada tahun 1911 dilakukan revisi ketiga dari skala binet dan simon diama setiap tingkat umur memiliki lima tes. Dan diperluas sampai tingkat dewasa.  




1.      Masa Awal Tes Di Amerika Serikat
Skala Biner – simon membantu mengatasi suatu dilema sosial praktis, yakni bagaimana mengidentifikasikan anak anak yang membutuhkan pendidikan khusus. Dengan keberhasilan penerapan tes mental, para psikolog menyadari bahwa penemuan mereka dapat memiliki signifikansi pragmatis bagi berbagai lapisan masyarakat. Para psikolog di Amerika Serikat nyaris dengan seketika berfokus pada kebermanfaatan. Pengujian intelegensiditerima oleh banyak orang sebagai jawaban yang handal dan objektif bagi masalah masalah sosial yang dialami.
2.      PENGGUNAAN DAN PENYALAHGUNAAN TES DI MASA AWAL DI AMERIKA SERIKAT
a.      Terjemahan pertama skala Binet-simon
Pada tahun 906, henry H.Goddard dipekerjakan oleh vineland Training School di New Jersey untuk melakukan penelitian tentang klasifikasi dan pendidikan bagi anak anak “lemah otak.”Ia segera menyadari bahwa dibutuhkan suatu instrumen diagnostik.
Goddard menguji 378 penghuni Vineland dan mengkategorikan mereka berdasarkan diagnosis dan umur mental.
Goddard juga menguji anak normal dengan skala Binet-simon yang ia terjemahkan. Ia menggolongkan anak anak yang umur mentalnya lebih lambat empat tahun atau lebih dari umur kronologisnya sebagai lemah otak – mencakup 3 persen dari sampelnya.
b.      Binet-Simon dan Imigrasi
Pada tahun I9I0, Goddard ke pulau Ellis oleh komisioner imigrasi untuk membantu meningkatkan akurasi pengujian terhadap para imigran. Keyakinan yang suram dan menyedihkan telah berkembang di seputar kelemahan mental serta imigrasi diawal tahun I900-an :
Diyakini bahwa para penderita lemah otak adalah orang orang yang berakhlak rendah yang menjadi sumber dari banyak atau bahkan sebagian besar masalah sosial; bahwa mereka beranak pinak dengan jumlah yang mengkhwatirkan dan mengancam kesehatan biologis seluruh bangsa dan bahwa jumlah mereka semakin banyak dengan datangnya para migran“baru” yang tidak dikehendaki dari negara-negara Eropa selatan dan timur yang telah jauh melebihi para migran “lama” dari Eropa utara dan barat.
Kisah Goddard dan kepeduliannya terhadap  “ancaman kelemahan otak,” sebagaimana disampaikan secara satritis oleh Gould (I99I) , kerap diabaikan atau diremehkan dalam buku buku tentang pengujian psikologi. Mayoritas buku tes tentang pengujian tidak menyebutkan atau merujuk Goddard sama sekali.
Dalam kenyataan, Goddard adalah salah satu psikolog Amerika yang paling berpengaruh pada awal tahun I900-an. Karena itu setiap orang bijak harus mempertanyakan mengapa begitu banyak penulis kontemporer telah mengabaikan atau meremehkan orang yang pertama kali menerjemahkan dan menerapkan tes Biner di Amerika Serikat ini.
Apa yang ditemukan Goddard dan apa ia lakukan dengan hasil tes tes tersebut? Dalam sampel imigran berjumlah kecil, para asistennya menemukan 83 persen orang yahudi, 80 persen orang Hongaria, 79 persen Italia, dan 87 persen orang Rusia adalah lemah otak, yakni di bawah umur  pada skala Biner-Simon. Interprestasinya atas temuan temuan tersebut berubah - ubah dari hati- hati dan tidak yakin serta kemudian secara provokatif membahayakan.
·         Tes bagi Bakat : Leta Stetter Hollingworth
Salah satu penggunan paling awal dari tes IQ seperti stanford-Binet adalah tes bagi bakat. Pelopor atas penerapan ini adalah Letta Stetter Hollingworth yang menghabiskan karier singkatnya (ia meninggal karena penyakit kanker pada usia 53 tahun) dengan berfokus pada psikologi orang jeniusHollingworth adalah peneliti produktif yang memajukan ilmu tes IQ. Ia seorang idealis terkemuka di masanya. Ia mengajukan dana bergulir yang dapat diambil oleh anak-anak berbakat untuk mengembangkan diri mereka, dengan kewajiban moral (namun bukan hukum) akan mengembalikan uang tersebut dalam waktu duapuluh tahun. Ia memperkirakan bahwa dana semacam itu akan tumbuh berlipat ganda dalam waktu berpuluh-puluh tahun dan menguntungkan bangsa dengan cara tak terduga, sayangnya rencana luarbiasa ini tak pernah terlaksana. Hollingworth juga seorang feminis yang mengatribusikan perbedaan-perbedaan gender dalam prestasi dan pencapaian dengan dampak sosial serta budaya :  Hal yang tidak dikehendaki adalah mencari penyebab perbedaan pencapaian dan prestasi antarjenis kelamin menyangkut perbedaan afektif dan intelektual dasar yang tidak jelas hingga kita mengkaji sepenuhnya fakta yang jelas serta nyata yang gak bisa diingkari sebagai penyebabnya, yakni bahwa perempuan melahirkan dan membesarkan anak dan bahwa ini merupakan bagian tak terhindarkan dari pekerjaan mengurus rumah, yaitu bidang di mana prestasi tidak dimungkinkan.
·         Stanford-Binet: Arus Utama IQ di Masa Awal
Kendati Goddard adalah orang pertama yang menerjemahkan skala Binet di Amerika Serikat, namun profesor dari Stanford Lewis M. Terman, yang memopulerkan pengujian IQ dengan skala Bineryang direvisinya. Tes Stanford-Biner, demikian nama tes baru tersebut, merupakan suatu revisi besar, bukan sekedar perluasan terhadap skala Biner terdahulu. Di antara banyak perubahan yang menghasilkan gengsi Stanford-Binet yang tidak perlu dipertanyakan lagi adalah penggunaan IQ yang kini tidak asing lagi untuk mengekpresikan hasil-hasil tes. Selain itu, Stanford-Binet juga memiliki instruksi yang jelas serta terorganisasi dengan baik bagi pelaksanaan dan pemberian skor. Perhatian besar diberikan dalam mengamankan sampel representatif subjek yang akan digunakan dalam standardisasi tes. Standford-Binet merupakan standar pengujian inteligansi selama berpuluh-puluh tahun. Tes-tes baru selalu divalidasikan terkait dengan korelasinya dengan alat ukur ini.

3.      TES-TES KELOMPOK DAN KLASIFIKASI CALON TENTARAPD I
Menimbangkan kecondongan orang Amerika pada efisien, merupakan hal yang alami bahwa para peneliti akan mengupayakan tes mental kelompok untuk melengkapi tes-tes inteligensi individual yang relatif memakan waktu yang diimpor dari prancis. Di antara orang-orang pertama yang mengembangkan tes kelompok adalah Pyle, yang menerbitkan norma anak-anak sekolah untuk serangkaian tes yang terdiri dari pengukuran yang sudah sering digunakan seperti tentang memori, penggantian angka-simbol, dan asosiasi kata lisan (dengan cepat menuliskan kata-kata sebagai respon stimulus terhadap kata). Pintner merevisi dan memperluas serangkaian tes Pyle, dengan menambahkan tes pemberian tanda berbatas waktu di mana anak harus menyilang huruf a setiap kali huruf itu muncul dalam suatu baris teks.
·         Pengujian Army Alpha dan Beta
Alpha didasarkan pada karya Otis yang ketika itu belum dipublikasikan dan terdiri dari delapan tes bermuatan verbal untuk para calon tentara yang berfungsi rata-rata dan tinggi. Armi Beta adalah tes kelompok nonverbal yang dirancang untuk digunakan bagi orang-orang yang buta aksara dan para calon tentara yang bahasa utamanya bukan bahasa inggris. Tes tersebut terdiri dari beragam tes visual-perseptual dan motorik seperti menelusuri suatu jalur melalui jalan berliku dan memvisualisasikan jumlah balok yang benar yang di tunjukkan dalam gambar tiga dimensi.
Tes ketentaraan dimaksudkan untuk membantu memisahkan dan menyisihkan orang-orang yang secara mental tidak kompeten, mengelompokkan orang-orang berdasarkan kemampuan mental mereka, dan membantu penempatan orang-orang yang kompoten pada posisi-posisi yang menuntut tanggung jawab. Meskipun demikian, tidak sepenuhnya jelas apakah angkatan bersenjata sangat memanfaatkan data masif yang dipasok oleh Yerkes dan para asistennya yang penuh semangat.
Dari segi positif, tes Ketentaraan memberikan pengalaman yang luar biasa besar dalam psikometrika konstruksi tes kepada para psikolog. Ribuan koefisien korelasi dihitung, termasuk penggunaan secara besar-besaran kerelasi berganda dalam analisis data tes. Konstruksi tes telah beralih dari seni ke sains hanya dalam waktu beberapa tahun saja.


4.      TES PENDIDIKAN DI MASA AWAL
Baik atau buruk, skema besar Yerkes untuk menguji para calon tentara membantu mengantar ke era tes kelompok. Setelah PD I, pertanyaan-pertanyaan terlontar dari industri , sekolah-sekolah negeri, dan perguruan-perguruan tinggi tentang penerapan potensial tes-tes yang mudah ini yang hampir semua dapat melaksanakannya dan memberikan skor. Para psikolog yang bekerja dengan Yerkes segera meninggalkan tugas di dinas ketentaraan dan membawa gagasan tes-tes inteligensi tertulis yang baru ditemukan tersebut ke dunia industri serta pendidikan.
Army Alpha dan Beta juga dirilis untuk penggunaan umum. Tes-tes ini segera menjadi purwarupa untuk sekelompok besar tes kelompok dan memengaruhi viri tes-tes inteligensi, ujian masuk perguruan tinggi, tes prestasi skolastik, dan tes bakat. Salah satu konsekuensi spesifik dari penguji ketentaraan adalah ketika Dewan Riset Nasional, sebuah organisasi ilmuwan pemerintah, menyusun Tes Inteligensi Nasional, yang kemudian dilaksanakan pada 7 juta anak di Amerika Serikat. Dengan demikian, tes-tes yang terkenal seperti skala Wechsler, Tes Bakat Skolastik, dan Ujian Nilai Pasca Sarjana sesungguhnya memiliki akar pada karya Yerkes, Otis, dan penguji massal para calon tentra dalam PD I.
Fungsi CEEB kemudian digabungkan di bawah lembaga-nirlaba layanan Pengujian Pendidikan. ETS mengatur pengembangan, standardisasi, dan validasi tes-tes yang sangat terkenal seperti ujian nilai pasca sarjana, tes penerimaan sekolah hukum, dan tes masuk pasukan perdamaian.
Sejak awal, Sach T memasukkan prinsip-prinsip psikometrika modern seperti penormaan subtes-subtes sehingga variabilitas dalam subjek dapat diukur dan memilih sample standardisasi yang sangat besar serta representatif.



5.      PENGEMBANGAN TES-TES BAKAT
Tes- tes bakat mengukur kemampuan yang lebih spesifik dan terbatas ketimbang tes-tes intelegensi.secara tradisional tes intelegensi mengukur konstuk yang lebih global seperti intelegensi umum.tes bakat tunggal hanya akan mengukur satu willayah kemampuan dan serangkaian tes bakat berganda akan menghasilkan skor dalam beberapa area kemampuan yang berbeda. Pengembangan tes bakat tertinggal dari tes intelegensi karena dua sebab yaitu sebab statistikal dan sosial. Masalah statistikal adalah bahwa suatu tehnik baru, yakni analisis faktor, kerap di butuhkan untuk mengeehui bakat bakat mana yang utama sehingga berbeda satu sama lain.

6.      TES KEPRIBADIAN DAN FOKASIONAL SETELAH PD I
Kendati metode pengukuran dasar seperti tehnik asosiasi bebas telah di gunakan sebelum peralihan ke abad 20 oleh Galton, Kraepelin, dan lainnya baru pada PD I tes tes kepribadian berkembang dalam bentuk yang mirip dengan tampilannya di masa kini. Tes kepribadian modern di mulai ketika Woodworth mencoba mengembangkan suatu instrumen untuk mendeteksi para calon tentara yang rentan terhadap psikonerosis. Perkembangan besar berikutnya adalah infentori neurosis yaitu skedul kepribadian thurstone (Trustone personality schdule) (Trustonen& Trustone,1930) dari teks Trustone berkembang infentori kepribadian Berneurter (Bernter personality infentory)( Bernreuter 1931). Inventory (Hathaway& Mckinley,1940).
7.      ASAL MULA TES PROYEKTIF
Pendekatan proyektif diawali dengan metode asosiasi kata yang di pelopori Prancis galton pada akhir tahun 1800an. Beberapa ahli sejarah bahkan berspekulasi bahwa penerapan asosiasi bebas oleh Freud sebagai alat terapiutik dalam psikoanalisis berkembang dari makalah Galton yang di publikasikan dalam Brain pada tahun 1879 (Forrest,1974).
Karya Galton di lanjutkan di Jerman oleh Wundt serta Kraepelin dan akhirnya di sempurnakan oleh Jung (1910). Tes Jung terdiri dari 100 kata stimulus. Untuk setiap kata, subjek hars menjawab secepat mungkin dengan kata pertama yang muncul dalam pikiran. Kent dan Rosanoff (1910) memberikan rasa Amerika yang khas pada metode asosiasi dengan menabulasi reaksi 1000 subjek normal pada satu daftar 100 kata stimulus. Tabel ini di rancang untuk membandingkan reaksi subjek normal dan subjek yang tidak waras. Sementara orang Amerika mengupayakan pendekatan empiris terhadap tes kepribadian objektif, seorang psikiater muda berkebangsaan Swiss, hermann Rorschach (1884-1922), mengembangkan alat yang sama sekali berbeda untuk mempelajari kepribadian.
Rorschach dan tes tes proyektif  lainnya yang di bahas secara berturut turut di tautkan pada hipotesis proyektif. Rorschach yakin bahwa yakin bahwa orang orng mengungkapkan dimensi kepribadian yang penting dalam responnya terhadapbercak bercak tinta.bila tes rorschach aslinya dikembangkan untuk mengungkap hal hal terdalamdalam subjek abnormal, TAT atau tes apersepti tematik (morgan & murray, 1935), dikembangkan sebagai instrumen untuk mempelajari kepribadian normal. TAT terdiri dari beberapa seragkaian gambar yang sebagian besar menggambarkan satu orang atau lebih yang sedang melakukan interaksi ambigu.
Murray(1938) meyakini bahwa kebutuhan akan kepribadian dasar, seperti kebutuhan berprestasi, akan diungkap oleh isi cerita. Suatu pendekatan yang benar-benar  baru terhadap tes proyektif digunakan oleh goodnough (1926), yang mencoba mengetahui tidak hanya tingkat elektual namun,juga minat dan sifat sifat kepribadian anak anak dengan menganalisis gambar mereka.
Sementara itu, tes proyektif di eropa didominasi oleh tes zhondi, yaitu instrumen anehyang didasarkan pada premis yang benar- benar salah. Lipot zhondi adalah psikiater berkebangsaan swiss yang lahir dihungaria yang meyakini bahwa gangguan- gangguan psikiatris utama disebabkan oleh gen-gen resesif.

8.      PENGEMBANGAN INVENTORI- INVENTORI MINAT
Ketika para ahli-ahli klinis mengembangkan alat-alat ukur untuk menganalisis kepribadian dan konflik-konflik bawah sadar, para psikolog lain menyusun alat-alat ukur untuk bimbingan dan konseling bagi sejumlah besar orang – orng normal . hal yang paling utama di antara alat-alat ukur semacam itu adalah inventori minat,yang brakar pada studi tren perkemabangan thorndike (1912) pada minat 100 mahasiswa.
Edward k. Strong (1884-1963) merevisi tes cowdery dan menghabikan 36 tahun untuk mengembangkan kunci-kunci empiris bagi instrumen modifikasi yang disebut isian minat vokasional strong (strong vocational interest blank-SVIB). SVIB merupakan salah satu tes yang paling banyak digunakan sepanjang waktu (strong, 1927). Versi modernnya ,inventory minat strong (strong interest inventory), masih digunakan secara luas oleh para konselor bimbingan.salah satu pesaing SVIB adalah nilai prefensi kuder (kuder preference record) (kuder, 1934). Tes kuder merupakan tes ipsatif ; yakni membandingkan kekuatan relatif minat-minat dalam diri indvidu, ketimbang membandingkan responnya dengan kelompok profesional.

Kamis, 17 November 2016

Perkembangan Bahasa

Apakah Bahasa Itu?
Bahasa (language) adalah suatu bentuk kombinasi baik lisan, tertulis, maupun isyarat yang didasarkan pada sebuah sistem simbol. Bahasa terdiri atas kata-kata yang digunakan oleh masyarakat (perbendaharaan kata) dan aturan-aturan untuk memvariasikan dan mengombinasikan kata-kata tersebut (tata bahasa dan sintaksis).
Semua bahasa manusia mempunyai sejumlah karakteristik yang umum (Waxman & Lids, 2006). Karakteristik tersebut meliputi generativitas yang tidak terbatas dan aturan-aturan organisasional. Generativitas yang tidak terbatas (infinite generativity) adalah kemampuan untuk menghasilkan kalimat bermakna yang tidak terbatas jumlahnya dengan menggunakan serangkaian kata-kata dan aturan yang terbatas.
Bahasa melibatkan lima sistem aturan: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik.
·         Fonologi (phonology) adalah sistem bunyi dari sebuah bahasa, termasuk bunyi yang digunakan dan bagaimana bunyi-bunyi tersebut dapat dikombinasikan (Menn & Stoel-Gammon,2005). Sebagai contoh, bahasa inggris mempunyai bunyi sp, ba, dan ar, tetapi urutan bunyi zx dan qp tidaklah ada.
Fonem adalah satuan dasar dari bunyi dalam sebuah bahasa; fonem adalah satuan terkecil dari bunyi yang memengaruhi makna. Sebuah contoh menarik dari sebuah fonem dalam bahasa inggris adalah /k/, bunyi yang diwakili oleh huruf k dalam kata ski dan huruf c dalam kata cat. Bunyi /k/ sedikit berbeda pada kedua kata tersebut, dan dalam beberapa bahasa seperti bahasa arab, kedua bunyi tersebut merupakan fonem yang berbeda.
·         Morfologi (morphology) merujuk pada satuan makna yang terlibat dalam pembentukan kata. Morfem adalah satuan minimal dari makna; morfem adalah sebuah kata atau bagian dari sebuah kata yang kita dapat dipecah menjadi bagian yang lebih kecil yang mempunyai makna. Jadi, tidak semua morfem merupakan kata utuh; misalnya, pre-, -tion, dan –ing adalah morfem.
Jika aturan yang mengatur fonologi mendeskripsikan urutan bunyi yang dapat terjadi dalam sebuah bahasa, aturan morfologi mendeskripsikan cara satuan-satuan yang mempunyai makna (morfem) dapat dikombinasikan menjadi kata-kata (Tager-Flusberg, 2005).
·         Sintaksis (syntax) melibatkan cara mengombinasikan kata-kata untuk menyusun frase dan kalimat yang dapat diterima. Jika seseorang berkata kepada Anda, “Bob slugged Tom” (Bob menghantam Tom) atau “Bob was slugged by Tom” (Tom dihantam Bob), Anda mengetahui siapa yang melakukan hantaman dan siapa yang dihantam dalam masing-masing kalimat karena Anda mempunyai pemahaman sintaksis terhadap struktur kalimat tersebut. Anda juga memahami bahwa kalimat “You didn’t stay, did you?” adalah kalimat yang gramatikal, tetapi bahwa “You didn’t stay, didn’t you?” adalah kalimat yang tidak berterima dan bersifat ambigu.
Jika Anda mempelajari bahasa lain, sintaksis bahasa Inggris tidak akan membawa Anda terlalu jauh. Sementara dalam bahasa Spanyol kata sifat biasanya mengikuti kata benda (cielo azul). Akan tetapi, meski ada perbedaan dalam struktur sintaksis kedua bahasa tersebut, bahasa-bahasa di dunia mempunyai banyak kesamaan. Para pengguna bahasa tidak dapat memproses subjek dan objek, yang diatur dalam cara yang terlalu kompleks dalam sebuah kalimat. Itu adalah berita baik bagi pembelajar bahasa, karena itu berarti bahwa semua sistem sintaksis mempunyai dasar yang serupa. Temuan-temuan seperti ini juga dianggap penting oleh peneliti yang tertarik pada sifat-sifat universal dari sintaksis. (Chang, Dell, & Bock, 2006; Tager-Flusberg, 2005).
·         Semantik (semantics) merujuk pada makna kata dan kalimat. Setiap kata mempunyai seperangkat ciri-ciri semantik atau atribut-atribut yang dibutuhkan terkait dengan makna. Girl dan women, misalnya, memiliki banyak ciri semantik yang sama, tetapi secara semantik berbeda dalam hal usia.
·         Pragmatik (pragmatics)-penggunaan bahasa yang tepat dalam konteks yang berbeda. Pragmatik mencakup banyak wilayah. Ketika Anda berbicara secara bergiliran dalam sebuah diskusi atau menggunakan pertanyaan untuk menyampaikan perintah (“Why is it so noisy here? What is this, Grand Central Station?” [“mengapa sangat gaduh disini? Apakah ini, Grand Central Station?”]), Anda sedang menunjukkan pengetahuan pragmatik.
Aturan-aturan pragmatik dapat menjadi sangat kompleks dan aturan tersebut berbeda dari satu budaya dengan budaya lainnya (Bryant, 2005). Beberapa dari aturan pragmatik ini menyangkut cara mengucapkan “terima kasih.” Bahkan, pragmatik untuk mengucapkan “terima kasih” benar-benar kompleks dalam budaya kita sendiri. Anak prasekolah menggunakan ungkapan terima kasih tergantung pada jenis kelamin, status sosial-ekonomi, dan umur dari individu yang mereka tuju.

Pengaruh Biologis dan Lingkungan
Noam Chomsky (1957), menyatakan bahwa manusia mempunyai susunan saraf dan otak untuk belajar bahasa pada waktu tertentu dan dalam cara tertentu. Anak-anak juga bervariasi dalam akuisisi bahasa mereka dengan cara yang tidak dapat dijelaskan oleh faktor lingkungan saja. Sebagai contoh, pelopor peneliti bahasa, Roger Brown (1973), mencari bukti bahwa orang tua mendorong anak-anak mereka untuk berbicara dengan tata bahasa yang benar.
Para ahli bahasa lainnya berpendapat bahwa pengalaman anak, bahasa tertentu yang dipelajari, dan konteks di mana pembelajaran terjadi, dapat sangat memengaruhi akusisi bahasa (Goorhuis-Brouwer, 2004; Hoff, 2006; Tomasello, 2006). Banyaknya variasi yang terjadi dalam perkembangan bahasa ketika pengasuh anak memiliki perbedaan secara substansial dalam cara mengajarkan bahasa, menunjukkan bahwa lingkungan memainkan peran yang signifikan dalam perkembangan bahasa, khususnya dalam akuisisi perbendaharaan kata (Nagy, 2005; TamisLeMonda, Bornstein, & Baumwell,2001).
Di dalam atau di luar sekolah, dukungan terhadap perkembangan bahasa, dan bukan latihan dan ulangan, merupakan kuncinya (Hiebert & Kamil, 2005; Oates & Grayson, 2004). Perkembangan bahasa bukan hanya merupakan masalah diberi penghargaan atau mengatakan hal-hal dengan benar dan menirukan seorang pembicara.

Bagaimana Bahasa Berkembang
Masa Bayi.
Celotehan dimulai pada usia 3-6 bulan. Bayi biasanya mengutarakan kata pertama mereka pada usia 10-13 bulan. Pada usia 18-24 bulan, bayi biasanya telah mulai merangkai dua kata bersama-sama. Dalam tahapan dua kata ini, mereka dengan cepat memahami pentingnya bahasa dalam komunikasi, dan menciptakan frase seperti “Book here (Buku di sini),” “My candy (Permen saya),” “Mama walk (Mama berjalan),” dan “Give Papa (Beri Papa)”.

Masa Kanak-kanak Awal.
Transisi dari kalimat sederhana untuk mengekspresikan proposisi tunggal menjadi kalimat kompleks, dimulai sejak umur 2-3 tahun dan berlanjut ke tahun-tahun sekolah dasar (Blomm, 1998). Seorang anak berumur 3 tahun dengan senang berkomentar.
Marilah kita mengkaji perubahan-perubahn dalam sistem lima aturan yang telah dideskripsikan di awal-fonologi, morfologi, sintaksis, dan pragmatik. Selama masa kanak-kanak awal. Dalam istilah fonologi, sebagian besar anak prasekolah secara bertahap menjadi lebih peka terhadap bunyi kata-kata yang diucapkan (National Research Council, 1999).
Pemahaman anak-anak terhadap aturan-aturan morfologis merupakan hal yang dipelajari dalam sebuah eksperimen klasik oleh peneliti bahasa anak, Jean Berko (1958). Berko menunjukkan kartu-kartu kepada anak-anak prasekolah dan anak kelas satu.anak-anak diminta untuk melihat kartu tersebut ketika penguji membacakan kata-katanya dengan keras. Kemudian, anak-anak diminta untuk mengisi kata-kata yang hilang. Ini mungkin kedengarannya mudah, tetapi berko tidak hanya tertarik pada kemampuan anak untuk mengingat kata yang tepat, tetapi juga dalam kemampuan mereka untuk mengucapkan “secara benar” dengan akhiran yang ditentukan oleh aturan-aturan morfologis.
Apa yang membuat studi Berko mengesankan adalah bahwa semua kata-kata tersebut fiktif; kata-kata itu diciptakan khusus untuk eksprimen tersebut. Jadi, anak-anak tidak dapat mendasarkan respons mereka pada ingatan atas contoh-contoh masa lalu dari mendengar kata-kata tersebut. Sementara, mereka dipaksa untuk bergantung pada aturan. Anak-anak prasekolah juga belajar dan menerapkan aturan-aturan sintaksis (Marchman & Thal, 2005; Tomasello, 2006). Setelah menguasai ujaran dua kata, anak menunjukkan penguasaan lebih atas aturan-aturan kompleks mengenai bagaimana kata-kata harus diurutkan.
Perbendaharaan kata percakapan seorang anak berumur 6 tahun berkisar antara 8.000 hingga 14.000 kata. Dengan mengasumsikan bahwa pembelajaran kata dimulai ketika anak berumur 12 bulan, ini berarti 5 hingga 8 makna kata baru setiap hari antara umur 1 dan 6 tahun. Pada sekitar umur 3 tahun, anak-anak meningkatkan kemampuan mereka untuk berbicara mengenai hal-hal yang tidak hadir secara fisik. Artinya, mereka mengalami kemajuan dalam penguasaan atas karakteristik-karakteristik bahasa yang dikenal sebagai pemindahan (displacement).

Masa Kanak-kanak Pertengahan Akhir.
Mereka harus mempelajari prinsip alfabetis, bahwa huruf-huruf alfabet mewakili bunyi bahasa. Menurut beberapa perkiraan, di Amerika Serikat, anak-anak sekolah dasar mengalami kemajuan pada tingkat yang sangat mengagumkan yaitu 22 kata sehari! Rata-rata anak AS yang berumur 12 tahun, telah mengembangkan perbendaharaan kata untuk percakapan sekitar 50.000 kata.

Masa Remaja.
Perkembangan bahasa selama masa remaja meliputi peningkatan kompleksitas dalam penggunaan kata-kata. Remaja juga mengembangkan kemampuan yang lebih cerdik dalam menggunakan kata-kata. Contoh, individu “menarik garis di atas pasir” untuk mengindikasikan sebuah posisi yang tidak dapat dinegosiasikan; sebuah kampanye politik dikatakan sebagai sebuah maraton, bukan sprint. Dan remaja menjadi lebih mampu untuk memahami dan menggunakan sindiran, yang merupakan penggunaan ironi, ejekan, atau pikiran untuk mengungkapkan kebodohan atau kejahatan. Karikatur adalah sebuah contoh dari sindiran. Pemikiran logis yang lebih maju juga memungkinkan remaja yang berumur sekitar 15-20 tahun untuk memahami karya sastra yang rumit.